Kematian pendaki asal Brasil, Juliana Marins, di Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat (NTB), pada Kamis (26/6) menjadi sorotan. Insiden ini terjadi di tengah kunjungan Presiden Prabowo Subianto ke Brasil untuk menghadiri pertemuan BRICS. Pemerintah Indonesia pun berupaya menjaga hubungan bilateral dengan Brasil agar tetap harmonis.
Menko Polhukam Yusril Ihza Mahendra menekankan pentingnya menjaga hubungan baik Indonesia-Brasil. Hal ini untuk mencegah agar insiden tersebut tidak mengganggu kerja sama kedua negara.
Duka Mendalam dan Penjelasan Pemerintah
Pemerintah Indonesia menyampaikan belasungkawa atas meninggalnya Juliana Marins. Kematian Juliana dinyatakan sebagai kecelakaan, mengingat medan Gunung Rinjani yang berat dan kondisi cuaca ekstrem saat kejadian.
Pemerintah juga telah memberikan penjelasan publik terkait insiden tersebut, termasuk proses evakuasi dan hasil autopsi di Denpasar, Bali. Transparansi informasi ini menjadi upaya pemerintah dalam menjaga hubungan baik dengan Brasil.
Tantangan Evakuasi di Medan Berat
Proses evakuasi Juliana memang memakan waktu lebih lama dari yang diharapkan keluarga korban. Hal ini dikarenakan medan Gunung Rinjani yang terjal dan berbatu, serta cuaca buruk yang menghalangi penggunaan helikopter.
Kondisi medan yang berbeda dengan pegunungan Himalaya membuat evakuasi hanya bisa dilakukan secara manual oleh tim SAR dan relawan. Metode ini memerlukan waktu dan tenaga yang lebih besar.
Hasil autopsi menunjukkan Juliana meninggal 15-30 menit setelah jatuh. Kerusakan organ dan patah tulang akibat jatuh dari ketinggian 600 meter menjadi penyebab kematiannya.
Penjelasan Medis dan Permintaan Autopsi Ulang
Meskipun keluarga korban mempertanyakan waktu antara kejadian jatuh dan kematian, pihak medis menjelaskan bahwa peluang penyelamatan dalam situasi tersebut sangat kecil.
Pemerintah Indonesia tetap menghormati permintaan autopsi ulang di Brasil. Hasil autopsi ulang diperkirakan tidak akan jauh berbeda jika metodologi yang digunakan sama dengan autopsi di Indonesia.
Koordinasi Antar Kementerian dan Respon Pemerintah
Menko Polhukam Yusril Ihza Mahendra telah berkoordinasi dengan Menko Polkam Budi Gunawan dan Menlu Retno Marsudi. Koordinasi ini memastikan penanganan insiden ini dilakukan secara terintegrasi dan terkoordinir.
Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk memberikan penjelasan yang transparan dan memperlakukan kasus ini secara profesional. Hal ini diharapkan dapat meredakan ketegangan dan menjaga hubungan baik Indonesia-Brasil.
Kejadian ini menjadi pembelajaran berharga bagi pengelolaan wisata di Indonesia, khususnya di daerah dengan medan yang menantang. Peningkatan prosedur keselamatan dan akses informasi yang lebih baik kepada wisatawan akan sangat membantu mencegah insiden serupa di masa mendatang.
Dengan penjelasan yang rinci dan transparan dari pemerintah, diharapkan hubungan bilateral Indonesia-Brasil tetap terjaga dengan baik, terlepas dari insiden yang sangat menyedihkan ini.