Ketegangan geopolitik antara Amerika Serikat (AS) dan Iran kembali meningkat tajam setelah serangan militer AS ke sejumlah fasilitas nuklir Iran. Situasi ini menimbulkan kekhawatiran global, khususnya terkait dampaknya terhadap stabilitas regional dan keselamatan warga negara asing di kawasan Timur Tengah.
Indonesia, sebagai negara yang mengedepankan perdamaian dan diplomasi, langsung merespon perkembangan ini dengan menyerukan penyelesaian konflik melalui jalur perundingan. Langkah cepat pemerintah juga difokuskan pada perlindungan warga negara Indonesia (WNI) yang berada di wilayah konflik.
Indonesia Dorong Perundingan AS-Iran
Menko Polkam Budi Gunawan menegaskan komitmen Indonesia untuk mendorong perundingan damai antara AS dan Iran. Pemerintah Indonesia mendesak kedua negara untuk kembali ke meja perundingan guna mencapai penyelesaian konflik secara permanen.
Seruan ini dilontarkan sebagai respon atas meningkatnya eskalasi konflik yang berpotensi meluas dan menimbulkan kerugian besar bagi semua pihak. Diplomasi dan dialog dianggap sebagai satu-satunya jalan terbaik untuk meredakan ketegangan.
Indonesia memiliki pengalaman dalam mediasi konflik internasional dan memiliki reputasi sebagai negara yang netral dan dipercaya. Oleh karena itu, peran Indonesia dalam mendorong dialog antara AS dan Iran sangatlah penting.
Evakuasi WNI dari Iran
Presiden Joko Widodo memprioritaskan keselamatan WNI di Timur Tengah, khususnya di Iran, dengan menyiapkan rencana kontingensi dan evakuasi yang terorganisir.
Gelombang pertama evakuasi berhasil dilakukan pada 23 Juni 2025, mengangkut 29 WNI dari Baku, Azerbaijan, menuju Jakarta.
Pemerintah memastikan proses evakuasi dilakukan secara bertahap dan aman. Langkah antisipatif ini diambil untuk memastikan keselamatan WNI di tengah situasi yang belum menentu.
Budi Gunawan juga menegaskan bahwa pemerintah terus memantau perkembangan situasi dan siap melakukan evakuasi lanjutan jika diperlukan. Persiapan matang dan koordinasi antar instansi pemerintah menjadi kunci keberhasilan evakuasi ini.
Latar Belakang Eskalasi Konflik AS-Iran
Eskalasi konflik diawali dengan pengumuman Presiden AS Donald Trump melalui Truth Social pada 21 Juni 2025 tentang serangan militer AS ke tiga situs nuklir Iran: Fordow, Natanz, dan Isfahan.
Serangan tersebut menjadi reaksi atas serangan Israel yang dilakukan sejak 13 Juni 2025 ke berbagai target di Iran, termasuk situs nuklir dan militer. Serangan Israel mengakibatkan jatuhnya korban jiwa, baik komandan senior, ilmuwan nuklir, maupun warga sipil.
Iran membalas serangan tersebut dengan serangan rudal dan drone ke wilayah Israel. Korban jiwa akibat eskalasi konflik ini mencapai angka yang signifikan, dengan lebih dari 400 orang tewas dan lebih dari 3.500 luka-luka di Iran, serta 24 korban jiwa di Israel (berdasarkan data Kementerian Kesehatan Iran dan otoritas Israel).
Kejadian ini menyoroti betapa rapuhnya perdamaian di kawasan Timur Tengah dan pentingnya upaya diplomasi untuk mencegah eskalasi lebih lanjut. Ketegangan ini berdampak luas, tidak hanya pada keamanan regional tetapi juga pada stabilitas ekonomi global.
Situasi terkini antara AS dan Iran menekankan urgensi penyelesaian konflik melalui jalur diplomasi. Peran negara-negara seperti Indonesia yang memiliki komitmen kuat pada perdamaian menjadi sangat krusial dalam menjembatani perbedaan dan mencegah konflik yang lebih besar. Semoga upaya diplomasi internasional dapat segera meredakan ketegangan dan membawa perdamaian yang berkelanjutan bagi kawasan Timur Tengah.