Kementerian Agama (Kemenag) melalui Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) meluncurkan Program PRIMA Magang. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi, karakter, dan daya saing lulusan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI). Inisiatif ini sejalan dengan upaya transformasi pendidikan tinggi keagamaan menuju Indonesia Emas 2045.
Program PRIMA Magang juga dirancang sebagai respons terhadap tingginya angka pengangguran lulusan perguruan tinggi. Lulusan PTKI tidak hanya membutuhkan ijazah, tetapi juga keterampilan praktis dan pengalaman kerja. Dengan demikian, program ini diharapkan dapat berkontribusi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Program PRIMA Magang: Memperkuat Kompetensi Lulusan PTKI
Menteri Agama, Nasaruddin Umar, menekankan pentingnya program ini dalam mendorong terciptanya pendidikan yang unggul. Program PRIMA Magang selaras dengan delapan program prioritas Kemenag, khususnya dalam menciptakan pendidikan yang unggul, ramah, dan terintegrasi.
Nasaruddin Umar juga menyoroti karakter khas lulusan PTKI yang banyak berasal dari pesantren. Mereka memiliki cara berpikir yang luas dan mendalam, bahkan melampaui cakrawala makrokosmos.
Ia mengingatkan pentingnya keseimbangan antara tawadhu’ dan kepercayaan diri. Lulusan PTKI harus tetap rendah hati, namun juga berani menunjukkan keahliannya. Keangkuhan, menurutnya, dapat menghalangi seseorang untuk meraih keberkahan.
Tahapan Program PRIMA Magang yang Sistematis
Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Amien Suyitno, menjelaskan PRIMA Magang memiliki tiga tahapan utama. Program ini dirancang secara sistematis, progresif, dan terukur untuk memastikan kesiapan mahasiswa memasuki dunia kerja.
Tahapan pertama adalah Pre-Internship & Bootcamp. Pada tahap ini, mahasiswa akan menerima pelatihan dasar, meliputi etos kerja, literasi digital, pemanfaatan kecerdasan buatan (AI), dan psikotes.
Tahap kedua adalah Internship di Mitra Industri. Mahasiswa akan menjalani magang di perusahaan atau instansi selama 2-10 bulan. Magang dapat berupa program umum maupun berbasis proyek.
Tahap ketiga adalah Mentorship & Monitoring. Mahasiswa akan dibimbing oleh praktisi industri dan dosen kampus dengan sistem evaluasi digital real-time. Hal ini bertujuan untuk memberikan pengawasan yang efektif dan efisien.
Menghadapi Tantangan Dunia Kerja dan Era AI
Direktur PTKI Kemenag, Prof. Sahiron, menambahkan bahwa PRIMA Magang memperkenalkan mahasiswa pada keterampilan baru yang relevan, termasuk teknologi Artificial Intelligence (AI). Hal ini penting mengingat perkembangan teknologi yang begitu pesat.
Mahasiswa akan dibekali ilmu, keterampilan tambahan, dan pengenalan teknologi seperti AI. Program ini bertujuan untuk mempersiapkan lulusan PTKI agar mampu bersaing di dunia kerja yang semakin kompetitif.
Program PRIMA Magang bersifat nasional dan terbuka bagi seluruh mahasiswa PTKIN dan PTKIS. Kemenag menyediakan platform digital yang memudahkan akses pendaftaran bagi mitra industri, perguruan tinggi, dan mahasiswa. Platform ini dapat diakses dengan mudah melalui pencarian Google.
Hingga pertengahan Juni 2025, lebih dari 70 mitra industri telah bergabung dalam program ini. Tersedia lebih dari 1.615 posisi magang di 26 provinsi dan 328 kabupaten/kota. Lebih dari 160 PTKI telah mendaftar, dan lebih dari 350 mahasiswa telah terdaftar melalui platform digital. Kemenag menargetkan 15.000 mahasiswa mengikuti program ini pada 2029, dengan 300 mitra industri dan 600 PTKI yang terlibat.
Program PRIMA Magang merupakan langkah strategis Kemenag dalam meningkatkan kualitas pendidikan tinggi keagamaan di Indonesia. Dengan bekal keterampilan dan pengalaman yang didapat melalui program ini, diharapkan lulusan PTKI dapat berkontribusi lebih besar bagi kemajuan bangsa dan negara. Program ini tidak hanya mencetak lulusan yang kompeten, tetapi juga siap menghadapi tantangan dunia kerja di era digital yang serba cepat.